September 27, 2008

Serasan Cafe

Entah kenapa kemaren itu saya benar-benar kepingin mencari suasana lain dalam melaksanakan berbuka puasa. Setelah menimbang-nimbang dan 'belajar' dari pengalaman serta mendengar cerita dari mulut ke mulut, maka saya menyampaikan dengan istri untuk berbuka puasa di "Cafe Serasan". Saya juga mengusulkan untuk mengajak tiga keluarga tetangga terdekat---tempat saling curhat dan berkeluh-kesah---yang mana kebetulan satu keluarga besok akan berangkat ke Medan, untuk pulang kampung. Jadi lah kami rombongan sebanyak 18 orang dengan tiga mobil menuju lokasi. CAFE SERASAN. Memang benar-benar menjadi pilihan 'wisata kuliner' yang cukup unik. Bukan dari makanannya, tapi dari suasananya. Siang sebelumnya, saya sudah mengatur jadwal, tempat dan makanannya. Berhubung makanan berbukanya tidak memiliki banyak pilihan, saya memutuskan untuk menyiapkannya dari luar. Nah, suasana yang saya sebut-sebut tadi adalah suasana makan malam, diatas 'kapal pesiar'---tapi, jangan dibayangkan seperti kapal pesiar mewah bak Titanic yang kondang itu----bermesin 45 PK, berbodi kayu, dan ala kadarnya. Kapal itu diberi nama "Lancang Kuning", dengan harga sewa per setengah jam 200 ratus ribu rupiah. Namun, percayalah, semua keluarga merasa senang, semua amat bergembira, dan yang lebih penting semua menikmati. Suasana kejauhan seperti mesjid Jami' Keraton Pontianak, Jembatan Kapuas, dan Waterfront city di depan Markas Korem 121/Alambhanawannawai, yang bendang lampu-lampunya seperti tergambar dalam rekaman kamera handphone di atas.
Selamat berbuka puasa.......

Darussalam, Jum'at Terakhir Puasa

Ini adalah jum'at terakhir di bulan puasa dalam rangkaian perjalanan 'spiritual' seminggu sekali. Tadinya, pengen, beranjak ke wilayah kabupaten Pontianak. Namun ada saja kendala yang ada. Padahal, dari pukul 11.00 sudah siap di Manggala Group-nya bung Dedy Arfian. Tapi, berhubung urusan kliring antar bank dan meminta cheque dari rekanan sepertinya tak bisa ditinggalkan begitu saja, mengingat hari Senin depan sudah terakhir masa bank 'buka pintu' sebelum tiba waktu lebaran.
Baru pukul 11.35 setelah menyelesaikan semua urusan, dengan ditemani juga oleh bung Edwin, salah seorang pengurus HIPMI yang punya usaha Digital Printing, kami bergegas meninggalkan kantor dan mesjid yang dipilih adalah Mesjid Darussalam yang terletak di desa Banjar Baru Kecamatan Sei. Raya. Alhamdulillah, walaupun tinggal sepotong khutbah yang dapat diikuti, masih pula dapat disimak uraian sang khatib, yang jika dilihat sekilas mirip anggota jemaah Front Pembela Islam. Tapi, subhanallah, kefasihan dan dialektika bahasa arabnya serasa berada di jazirah dimana ayat-ayat suci Allah ini diturunkan. Berhubung mesjid ini berdekatan dengan kantor Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi, maka beberapa orang jemaah kebetulan memang saya kenal dekat karena berhubungan kerja selama ini, baik di Hubda, Hubla, maupun Hubdara. Ahlan Wa Sahlan!

September 25, 2008

Pontren Itu Memprihatinkan

SUNGGUH kesempatan ini tidak boleh dilewatkan begitu saja.Karena tidak setiap orang memiliki dan diberikan kesempatan seperti ini. Kemaren siang menjelang sore, saya berkesempatan mengikuti kegiatan anjangsana Panitia Ramadhan SMU Muhammadiyah 1 Pontianak yang diketuai oleh sdr. Iswaldi. Pak Mude---demikian panggilan akrab untuk Drs. Ahmad Zaini Kepsek SMU Muhammadiyah itu----telah sejak tiga hari yang lalu mewanti-wanti saya agar ikut dalam rombongan anjangsana tersebut, bersama-sama pula dr.H. Nursyam Ibrahim, M.Kes Kadis Kesehatan Kabupaten Kubu Raya yang sekaligus akan memberikan tausyiahnya.Dalam kesempatan menyampaikan kata sambutannya, Drs. Ahmad Zaini menyempatkan memperkenalkan saya selaku calon legislatif dari Dapil Kabupaten Pontianak dan Kubu Raya untuk DPRD Propinsi Kalbar.
Pontren "Hidayatush Shalihin" ini terletak di desa Parit Sembin, dimana jalan masuknya tepat berada di depan Graha Equator, masuk ke dalam sekitar 4 km lagi. Sekitar 1,5km, jalan masuknya merupakan jalan rabat beton lebar 1,5 m, lalu sekitar 1,5 km berikutnya merupakan jalan rabat beton yang lebarnya "cuma" setengah meter.Dan, 1 km terakhir, masih jalan tanah gambut, yang dibeberapa bagian yang tergenang air mampu menenggelamkan setengah bagian roda sepeda motor! DALAM tausyiahnya dr. Nursyam yang juga kandidat Wakil Bupati Kubu Raya yang akan berpasangan dengan Drs. H.Abang Rasmansyah ini menyampaikan betapa berharganya hidup sehat bagi manusia. Apabila semua organ tubuh manusia dihitung dengan uang---diidentikkan dengan harga organ tubuh seseorang yang akan dicangkokkan ke orang lain, berikut dengan biaya operasinya---maka, harga tubuh sehat seorang manusia akan mencapai nilai 10-15 Milyard rupiah. Subhanallah! Maka, sebagaimana dikatakan oleh salah satu sabda nabi SAW, bahwasanya nikmat sehat adalah karunia Allah yang sangat tak ternilai harganya. NAMUN yang juga sungguh memprihatinkan adalah kondisi pontren itu sendiri, yang amat jauh dari lingkungan sekitar, tanpa penerangan listrik, bangunan yang dibuat apa adanya ( dan, memang belum selesai dibangun ), dengan jumlah santriwan/wati sebanyak 70 orang.Dalam kesempatan itu, Panitia Ramadhan SMU Muhammadiyah memberikan sumbangan, begitu juga dr. H. Nursyam dan saya sendiri menyampaikan infaq.

September 23, 2008

A Gift From Indosat

SEPULANGNYA dari kantor sore tadi, anak saya yang bungsu---biasa dipanggil Auzan---menyampaikan bahwa ada sebuah bingkisan dari sebuah perusahaan telepon selular yang saya langgani, yaitu Indosat. Bingkisan itu diletak oleh istri di meja kerja. Isinya, alhamdulillah, sangat islami dan---sungguh---benar-benar berguna dan akan besar manfaatnya. Selain selembar sajaddah, dua untai tasbih, sebuah Al-Hikmah ( Qur'an dan Terjemahannya ), ditambah dengan 3 buku kecil cantik, masing-masing Surah Yasin, Do'a Harian, serta Kumpulan Shalat sunnat. Tidak ketinggalan, sehelai kartu ucapan Selamat Hari Raya. MUNGKIN ini bukanlah parcel, seperti yang selama ini diribut-ributkan karena debatable. Sebagian setuju para pejabat tidak lagi dikirimi parcel, ada juga sebagian lagi setuju dikirimi apabila tidak lebih dari sekedar bentuk simbolisasi silaturrahmi. Tapi, bagi saya itu tidaklah penting. Karena saya bukannya pejabat yang perlu dijaga hubungannya oleh Indosat. Barangkali, cuma sekadar salah satu pelanggan yang pemakaian bulanannya cukup besar. Atau, bisa juga sebagai bentuk tanda terima kasih indosat, karena saya salah satu yang punya dan pelanggan 3 kartu produk indosat, yaitu Matrix, Starone, dan IM3. Halah! APAPUN alasannya, selayaknya saya juga menghargai pemberian itu dengan menyatakan terima kasih yang sebesar-besarnya. Gimana cara membalasnya, mungkin saya juga tidak tahu. Yang jelas, sih, nelpon saja sesukanya dengan produk indosat. Gimana, cukup begitu 'kan?

September 19, 2008

Andaikan Semua Mesjid Ber-AC......

Perjalanan 'spiritual' mingguan kali ini, masih berada di sekitaran Kecamatan Sei. Raya Kabupaten Kubu Raya. Masih juga ditemani oleh Bung Dedy Arfian---calon legislatif DPRD Propinsi dari Daerah Pemilihan Kalbar I meliputi kota Pontianak----yang setia mengingatkan setiap kali Jum'at tiba. "Bang, udah jam sebelas nih. Siap-siap.....", begitu bunyi SMS-nya seminggu sekali.
Tepat pukul 11.45 kami tiba di mesjid An-Nur yang berada di kompleks PT. Persero PLN Sungai Raya. Dan, subhanallah, ternyata mesjid yang diresmikan pada tanggal 12 Oktober 1989 itu ber-AC. Sehingga suasana yang sejuk, malah membikin mata menjadi terkantuk-kantuk. Untung saja, khatib kali ini---namanya, tak jua ditemukan, karena tak ada papan pengumuman petugas Jum'atan di mesjid ini---cukup mantap dalam menyampaikan materi khutbahnya, sehingga kuping tetap mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan. Setelah shalat usai, saya berandai-andai alangkah semua mesjid di negeri ini memiliki pendingin udara ( AC ). Ah, pasti ibadah akan semakin nikmat untuk dilaksanakan. Tidak banyak memang, mesjid yang ber-AC seperti ini. Sepanjang saya sudah berkeliling di banyak mesjid, baik di Kota Pontianak, maupun di Kabupaten Pontianak serta Kabupaten Kubu Raya, tidak lebih dari hitungan kurang dari lima mesjid yang ber-AC. Namun, tanpa mengurangi kenikmatan beribadah tentunya, bukanlah itu menjadi yang paling prinsip untuk difikirkan.

September 17, 2008

Jahe Hangat Tepian Kapuas

Kali ini perjalanan 'wisata kuliner malam' kami---afdolnya ngopi sambil diskusi panjang---kali ini menemukan suasana lain. "Bagaimana kalau kita menikmati hangatnya jahe merah?", ujar seorang teman, yang kelihatannya sudah amat mahfum bahwa jahe bisa memberikan kehangatan di udara malam terbuka seperti ini. Setuju. Saya kira itulah pengambilan keputusan yang tergolong cepat dan tidak bertele-tele, dan.....tidak diinterupsi! Tepian Kapuas adalah pilihan yang sangat tepat. Suasananya yang sangat familiar, di sudut kanan dari arah pintu keluar ke bagian terrace Hotel Grand Kartika terlihat aktivitas KM Merawan III yang melayarkan masyarakat dari Pontianak Kota dan Pontianak Utara. Di 'arah pukul sembilan' terlihat lampu-lampu kapal barang yang melempar sauh di tengah sungai Kapuas. Kadang terlihat lalu-lalang "Kapal Bandong Wisata" dimana kita dapat menyaksikan bantaran sungai Kapuas dari tempat keberangkatannya di "Cafe Serasan" menuju ke arah pertigaan sungai Kapuas Besar - Kapuas Kecil - Landak, lalu berputar menuju kawasan tepian kompleks Tugu Khatulistiwa. Sepuluh menit berselang, Minuman Jahe Hangat pun datang, ditemani dengan pisang goreng srikaya dan kacang goreng. Nikmat.... Diskusi pun mengalir lancar dari masalah Pilkada Kota Pontianak, Pencalegan Pemilu 2009, sampai kepada prediksi SOPD pemerintah propinsi Kalbar yang sedang di'timang-timang' oleh gubernur. Yang hadir malam itu, memang beragam. Ada politisi dari berbagai partai, tentulah didominasi oleh PAN, selain PBB dan PPD. Ada juga akademisi, dan Wiraswasta. Tamu-tamu yang hadir---tentunya dengan aktivitas masing-masing---ternyata ada juga pengurus PG, dan di meja lain beberapa petinggi PPP. Ah, hidup ini jika tidak terlalu dibikin rewel dan ruwet, memang layak dinikmati. Ibadah taraweh tuntas, ngalor-ngidulpun retas.....

September 12, 2008

Kali ini, giliran Al-Wustha

Kali Ini, perjalanan 'ibadah rutin' jum'atan dalam rangka pengenalan wilayah kerja dan wilayah garapan sebagai calon legislatif dari Dapil Kalbar II Kabupaten Pontianak dan Kubu Raya menginjak ke daerah Parit Baru, Kecamatan Sei. Raya. Perjalanan kali ini, memang agak telat. Gara-gara, mau ngisi bahan bakar dulu di SPBU A. Yani Paris II, eh, rupanya SPBU itu 'diistirahatkan' pada jam shalat jum'at. Akhirnya, kami muter lagi ke SPBU Adi Sucipto, barulah ngebut ke arah Sei. Raya. Kami sampai di Mesjid Al-Wustha Kompleks BRU Group sudah sekitar pukul 11.55 wiba, khatib sudah naik mimbar dan sudah menyelesaikan tiga perempat materi khutbahnya. Pas pukul 12 lewat 2 menit, khatib menyelesaikan khutbahnya dan melanjutkannya dengan menjadi imam shalat jum'at. Ketika akan beranjak pulang tak dinyana seseorang menggamit lengan saya, dan ketika saya menoleh ternyata mantan tetangga ketika saya masih tinggal di rumah mertua dulu. Namanya Yeri, dan saya baru tahu kalau dia sudah bekerja di BRU Group selama belasan tahun. Setelah berbasa-basi, alhamdulillah, dia menjanjikan akan mensosialisasikan saya sebagai calon legislatif dari Partai Amanat Nasional nomer urut satu pada Dapil Kalbar II meliputi Kabupaten Pontianak dan Kubu Raya. Subhanallah, perjalanan ibadah ini memang baroqah......

A Passion of Coffee

CERITANYA, saya agak tergelitik dengan beberapa teman ngopi yang agak 'protes' dengan rasa kopi yang disajikan di kedai kopi yang beberapa malam selepas taraweh yang kami datangi. "Koq, rasanya tidak seperti yang tempat Anam, ya....", celetuk Mas Herry yang malam itu cuma bercelana pendek dan berkaos putih simple. Sepulang ngopi, saya membongkar-bongkar koleksi majalah saya, dan---alhamdulillah---sebuah majalah unik yang mengupas habis soal kopi, dari asal muasalnya sampai kepada bagaimana menyajikan kopi agar terasa nikmat ditulis dan disajikan lengkap di majalah itu. Judulnya "A Passion of Coffee". Selamat membacanya di Pustaka Saya yang lain. Selamat ngopi, sobat.....

September 07, 2008

Hwaladalah, Kaga' Sahur!

HWALADALAH, bunyi gedoran di pintu kamar dan teriakan mertua menyadarkan diri dari keterlelapan. Sayup-sayup terdengar bunyi adzan shubuh dari Mesjid Al-Hikmah di ujung kompleks Batara I. Astaga! Rupanya saya ketiduran, dan tak lama istri pun dengan sedikit tergesa membuka pintu kamar, dan dengan wajah lemes berkata, "wah, telat sahur kita, bah........" APA BOLEH buat, gara-gara tadi malam itu iseng-iseng mensetting ulang lagi beberapa postingan dan tata letak, dan juga menyelesaikan settingan blog teman juga. Keterusan karena keasyikan, akhirnya baru kelar sekitar jam 02.00 dini hari. Alih-alih ceritanya pengen meluruskan badan, dan berehat barang sebentar, eh, ndak taunya malah ketiduran. KEBETULAN lagi, istri saya nemeni anak yang bungsu tidur, malah ikutan terlelap juga, dan baru tersadar sampai ketika mertua saya menggedor pintu kamar anak bungsu tadi. Akhirnya, semua urung makan sahur, cuma anak-anak yang dibujuk-bujuk istri supaya tetap makan, dan katanya, "Nak, Allah tahu kamu 'kan ketiduran. Jadi ndak apa-apa makan sedikit, biar perutnya tidak kosong sekali......". UNTUNGNYA, malamnya selepas shalat Isya menjelang shalat tarawih sudah sempat berniat puasa untuk besok. Hwaladalah......

September 05, 2008

Pasar Juadah, Yang Hadir Setahun Sekali

Pasar Juadah. Demikian orang Pontianak menyebutnya. Dan, istilah ini muncul hanya sekali dalam setahun, yaitu setiap bulan Puasa atau Bulan Ramadhan. Dan, luar biasanya, kios-kios 'dadakan' yang menjual-belikan juadah---kue-kue kampung untuk disajikan pada saat berbuka----tersebar hampir di semua jalan raya di seluruh kota Pontianak ini. Bahkan, di beberapa jalan akses yang cukup padat penduduknya juga di'rambah' oleh kegiatan masyarakat setahun sekali ini.
Sebetulnya, kegiatan masyarakat semacam ini, di saat-saat kampanye calon legislatif saat ini cukup berpeluang untuk mengenalkan diri bagi masyarakat. Misalnya, saja ada caleg yang memberanikan diri membuka sebuah kios penyedia juadah dengan label pribadinya. Misalnya saja Kios Juadah "Detdhie" atau "Zefry", apalagi menjual kue-kue yang harganya---bisa saja---lebih murah dari harga biasanya dengan jenis kue yang sama. Lebih menarik lagi apabila kios tersebut memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi penataan, cara pemasaran, maupun dari jenis penganannya sendiri, serta penamaan kuenya. Misalnya, "Martabak mini Caleg", atau "Risoles Legislatif", "Jorong-jorong DPRD", dan sebagainya. Sayang Sekali, tak ada calon legislatif alias caleg yang tak memanfaatkan ini sebagai promosi diri atau dalam bahasa kerennya, "tebar pesona". Atau, mungkin malu juga, masa' caleg berjualan juadah. Takutnya ada yang nyeletuk, "cari modal buat nyaleg 'kali.....". He-he-he.

Jum'atan di Mesjid Pejuang

Hari sudah menunjukkan waktu pukul 11.33 wiba, ketika tiba di kantornya Bung Dedy Arfian. Minggu lalu, kami sudah janjian untuk sholat jum'at di salah satu mesjid di Kecamatan Sungai Ambawang. Namun, karena waktu yang memang sudah mepet bener, akhirnya kami memutuskan untuk melaksanakan shalat jum'at di Mesjid Pejuang, yang terletak di kompleks Asrama Gatot Subroto di Kecamatan Sei. Raya, Kabupaten Kubu Raya. Hujan yang cukup deras, membuat kami harus berlari kecil untuk mencapai mesjid dari tempat parkir. Jemaahnya cukup ramai, walaupun hujan turun sejak lima belas menit lalu. Ini menandakan bahwa sebuah kewajiban bagi umat Islam tidak mampu dipatahkan hanya dengan turunnya hujan saja. Dan, hujan lebat ternyata membuat beberapa bagian mesjid meneteskan tetes-tetes hujan karena atapnya yang sudah bocor, bahkan ada bocor kecil di dalam mesjid, karena angin cukup kencang membuat hujan masuk disela-sela kaki bagian cungkup atap mesjid. Setelah saya menunaikan shalat sunat 2 rakaat, tak lama kemudian khatib naik mimbar. Khatib kali ini Drs. H. Akhmad Nurdin mengambil tema khotbah tentang "Kewajiban Puasa Bagi Orang Muslim", cukup ringkas, tajam dan tepat sasaran. Sambil menyimak uraian khatib saya sempat melirik beberapa orang jemaah kelihatan memegang selebaran imsakiyah ramadhan dari salah satu pasangan kandidat Bupati Kubu Raya. Dari warna kertasnya, agak mudah ditebak dari partai mana pasangan ini diusung. Namun, amat disayangkan beberapa orang---termasuk anak-anak kecil---hanya melipat-lipat jadwal puasa tadi dan meninggalkannya tergeletak begitu saja selesai shalat jum'at. Ah, mungkin sudah terlalu telat membagikannya pada hari ini, ketika puasa sudah memasuki hari yang kelima. Saya cukup merasa bersyukur, karena telah 'menitipkan' jadwal imsakiyah ramadhan di mesjid ini minggu lalu, 3 hari sebelum puasa dimulai. Mudah-mudahan jadwal itu bermanfaat bagi masyarakat jemaah mesjid ini. Amien.

September 03, 2008

Ngopi,Selepas Taraweh

AKHIRNYA Ramadhan pun tiba. Datang, disambut dengan segenap sukacitanya oleh hampir seluruh umat muslim di Indonesia, tak ketinggalan di Kota Pontianak. Apapun alasannya, dan darimanapun sudut pandang suka citanya. Dari sudut pandang anak-anak, inilah waktunya menagih janji para orang tua pada hari terakhir bulan Syawal tahun yang lewat. Janji bahwa Syawal mendatang akan disiapkan empat stel pakaian---baju, celana, plus dalaman---baru lengkap dengan ikat pinggang dan sepatu yang anyar juga. Bagi para remaja, terutama yang ramadhan lalu urung mendapatkan gebetan, artinya selain kewajiban taraweh dan shalat shubuh di mesjid, ada 'tekad lama' dengan strategi baru untuk mendapat gebetan. Dan, tak boleh meleset lagi, agar tidak jomblo waktu Hari Raya Idul Fitri. Bagi para ibu, inilah saatnya mulai mempersiapkan pendemonstrasian kue dengan resep paling baru, mencoba baju muslimah mode uptodate, serta mulai membayang-bayangkan bagaimana rumah kediaman dihiasi dengan model gordijn teranyar dengan warna-warna kinclong yang menawan. Bagaimana dengan bapak-bapaknya? PARA BAPAK yang selama ini senantiasa menghiasi waktunya---paling tidak---sekali dalam sehari merasakan nikmatnya kopi dan familiarnya suasana di kedai-kedai kopi, tentunya masih dapat melakukan kegiatan tersebut. Selepas taraweh, kedai-kedai kopi di sepanjang jalan kawasan perdangangan terpadat di kota Pontianak senantiasa 'membujuk rayu' para bapak dengan aroma kopi Pontianak-nya yang khas. Yang perlu diingat, jangan sekali-kali bermain api dengan mencoba terbujuk dengan 'rayuan gombal' setan kopi di siang hari, sehingga mengorban harkat dan martabatnya untuk melepaskan 'syahwat ngopi' walaupun mesti menampakkan kaki-kaki bersepatu di balik tirai. Ingat, kalau dirazia, maka sampai ramadhan tahun depanpun kawan-kawan tetap ingat siapa yang pernah ketangkap basah ngopi di bulan puasa. WASPADALAH!

September 02, 2008

Didukung Keluarga Meraih Yang Terbaik

Perjuangan memang tiada henti. Bagi seorang manusia melakukan perjuangan bahkan dari sejak berbentuk nutfah---berjuang untuk mengalahkan sel-sel lainnya untuk menjadi yang ditakdirkan lahir---kemudian berjuang sebagai bayi mungil agar mampu menyesuaikan dengan segala kerentanan, menuju ke arah manusia dewasa. Dalam proses pendewasaan, kembali berjuang dalam masa tingkat demi tingkatan pendidikan agar mampu berada di jenjang purna yaitu strata kesarjanaan. Perjuangan tidak berhenti sampai di situ. Hakekat manusia dewasa yang dititahkan oleh Allah agar menerima amanah memelihara seorang manusia dalam sebuah lingkup yang bernama "keluarga", dan Allah menitipkan kepada keluarga itu manusia-manusia baru. Lalu sebuah perjuangan baru harus dilakukan, yaitu membawa anak-anak yang dilahirkan dari rahim sang istri untuk dapat berdiri tegak sebagai pejuang-pejuang baru pula. Demikian seterusnya, siklus ini terus berjalan tanpa henti. Karenanya, PERJUANGAN MEMANG TIADA HENTI.
Bersama dukungan keluarga yang kuat, maka Insya Allah semua proses yang dilalui dalam berjuang akan menampakkan hasil yang lebih maksimal. Keikhlasan keluarga dalam 'melepas' kita melakukan upaya-upaya perjuangan seperti sebuah green-card dalam melanjutkan sebuah permainan. Sebuah ketidak-ikhlasan akan berwujud seperti sempritan wasit, pemberian kartu-kuning ( bahkan, kartu merah ) membuat permainan ini tidak lagi indah. Malahan, terkesan merusak permainan yang telah direncanakan dan dirancang oleh seorang pelatih untuk tercapai sebuah kemenangan. Keluarga yang mendorong, ibaratkan sekumpulan supporter yang siap menabuhkan genderang, meneriakkan sorak-sorai dukungan, bahkan juga rela berpanas-berhujan demi menggapai sebuah kemenangan. Terima kasih kepada istriku tercinta Nunung Zulfiana, beserta anak-anakku tersayang Fikri Mohammad Aufa, Fariza Nur Shabrina, dan Hatfan Mohammad Auzan, yang telah mengikhlaskan suami dan abah untuk terus melakukan perjuangan di dalam hidup ini, agar hidup ini menjadi lebih berarti buat diri sendiri, buat keluarga, terutama sekali berarti buat orang lain yang memerlukan. "Dukungan kalian akan menjadi penyulut semangat bagi keinginan dan harapanku........."