
September 27, 2008
Serasan Cafe

Label:
keluarga,
perjalanan,
tempat wisata
Darussalam, Jum'at Terakhir Puasa

Ini adalah jum'at terakhir di bulan puasa dalam rangkaian perjalanan 'spiritual' seminggu sekali. Tadinya, pengen, beranjak ke wilayah kabupaten Pontianak. Namun ada saja kendala yang ada. Padahal, dari pukul 11.00 sudah siap di Manggala Group-nya bung Dedy Arfian. Tapi, berhubung urusan kliring antar bank dan meminta cheque dari rekanan sepertinya tak bisa ditinggalkan begitu saja, mengingat hari Senin depan sudah terakhir masa bank 'buka pintu' sebelum tiba waktu lebaran.

Baru pukul 11.35 setelah menyelesaikan semua urusan, dengan ditemani juga oleh bung Edwin, salah seorang pengurus HIPMI yang punya usaha Digital Printing, kami bergegas meninggalkan kantor dan mesjid yang dipilih adalah Mesjid Darussalam yang terletak di desa Banjar Baru Kecamatan Sei. Raya. Alhamdulillah, walaupun tinggal sepotong khutbah yang dapat diikuti, masih pula dapat disimak uraian sang khatib, yang jika dilihat sekilas mirip anggota jemaah Front Pembela Islam. Tapi, subhanallah, kefasihan dan dialektika bahasa arabnya serasa berada di jazirah dimana ayat-ayat suci Allah ini diturunkan.
Berhubung mesjid ini berdekatan dengan kantor Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi, maka beberapa orang jemaah kebetulan memang saya kenal dekat karena berhubungan kerja selama ini, baik di Hubda, Hubla, maupun Hubdara. Ahlan Wa Sahlan!
September 25, 2008
Pontren Itu Memprihatinkan


Pontren "Hidayatush Shalihin" ini terletak di desa Parit Sembin, dimana jalan masuknya tepat berada di depan Graha Equator, masuk ke dalam sekitar 4 km lagi. Sekitar 1,5km, jalan masuknya merupakan jalan rabat beton lebar 1,5 m, lalu sekitar 1,5 km berikutnya merupakan jalan rabat beton yang lebarnya "cuma" setengah meter.Dan, 1 km terakhir, masih jalan tanah gambut, yang dibeberapa bagian yang tergenang air mampu menenggelamkan setengah bagian roda sepeda motor!
DALAM tausyiahnya dr. Nursyam yang juga kandidat Wakil Bupati Kubu Raya yang akan berpasangan dengan Drs. H.Abang Rasmansyah ini menyampaikan betapa berharganya hidup sehat bagi manusia. Apabila semua organ tubuh manusia dihitung dengan uang---diidentikkan dengan harga organ tubuh seseorang yang akan dicangkokkan ke orang lain, berikut dengan biaya operasinya---maka, harga tubuh sehat seorang manusia akan mencapai nilai 10-15 Milyard rupiah. Subhanallah! Maka, sebagaimana dikatakan oleh salah satu sabda nabi SAW, bahwasanya nikmat sehat adalah karunia Allah yang sangat tak ternilai harganya.
NAMUN yang juga sungguh memprihatinkan adalah kondisi pontren itu sendiri, yang amat jauh dari lingkungan sekitar, tanpa penerangan listrik, bangunan yang dibuat apa adanya ( dan, memang belum selesai dibangun ), dengan jumlah santriwan/wati sebanyak 70 orang.Dalam kesempatan itu, Panitia Ramadhan SMU Muhammadiyah memberikan sumbangan, begitu juga dr. H. Nursyam dan saya sendiri menyampaikan infaq.
September 23, 2008
A Gift From Indosat

SEPULANGNYA dari kantor sore tadi, anak saya yang bungsu---biasa dipanggil Auzan---menyampaikan bahwa ada sebuah bingkisan dari sebuah perusahaan telepon selular yang saya langgani, yaitu Indosat. Bingkisan itu diletak oleh istri di meja kerja. Isinya, alhamdulillah, sangat islami dan---sungguh---benar-benar berguna dan akan besar manfaatnya. Selain selembar sajaddah, dua untai tasbih, sebuah Al-Hikmah ( Qur'an dan Terjemahannya ), ditambah dengan 3 buku kecil cantik, masing-masing Surah Yasin, Do'a Harian, serta Kumpulan Shalat sunnat. Tidak ketinggalan, sehelai kartu ucapan Selamat Hari Raya.
MUNGKIN ini bukanlah parcel, seperti yang selama ini diribut-ributkan karena debatable. Sebagian setuju para pejabat tidak lagi dikirimi parcel, ada juga sebagian lagi setuju dikirimi apabila tidak lebih dari sekedar bentuk simbolisasi silaturrahmi. Tapi, bagi saya itu tidaklah penting. Karena saya bukannya pejabat yang perlu dijaga hubungannya oleh Indosat. Barangkali, cuma sekadar salah satu pelanggan yang pemakaian bulanannya cukup besar. Atau, bisa juga sebagai bentuk tanda terima kasih indosat, karena saya salah satu yang punya dan pelanggan 3 kartu produk indosat, yaitu Matrix, Starone, dan IM3. Halah!
APAPUN alasannya, selayaknya saya juga menghargai pemberian itu dengan menyatakan terima kasih yang sebesar-besarnya. Gimana cara membalasnya, mungkin saya juga tidak tahu. Yang jelas, sih, nelpon saja sesukanya dengan produk indosat. Gimana, cukup begitu 'kan?
September 19, 2008
Andaikan Semua Mesjid Ber-AC......


Tepat pukul 11.45 kami tiba di mesjid An-Nur yang berada di kompleks PT. Persero PLN Sungai Raya. Dan, subhanallah, ternyata mesjid yang diresmikan pada tanggal 12 Oktober 1989 itu ber-AC. Sehingga suasana yang sejuk, malah membikin mata menjadi terkantuk-kantuk. Untung saja, khatib kali ini---namanya, tak jua ditemukan, karena tak ada papan pengumuman petugas Jum'atan di mesjid ini---cukup mantap dalam menyampaikan materi khutbahnya, sehingga kuping tetap mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan.
Setelah shalat usai, saya berandai-andai alangkah semua mesjid di negeri ini memiliki pendingin udara ( AC ). Ah, pasti ibadah akan semakin nikmat untuk dilaksanakan. Tidak banyak memang, mesjid yang ber-AC seperti ini. Sepanjang saya sudah berkeliling di banyak mesjid, baik di Kota Pontianak, maupun di Kabupaten Pontianak serta Kabupaten Kubu Raya, tidak lebih dari hitungan kurang dari lima mesjid yang ber-AC. Namun, tanpa mengurangi kenikmatan beribadah tentunya, bukanlah itu menjadi yang paling prinsip untuk difikirkan.
September 17, 2008
Jahe Hangat Tepian Kapuas

September 12, 2008
Kali ini, giliran Al-Wustha

A Passion of Coffee

September 07, 2008
Hwaladalah, Kaga' Sahur!

September 05, 2008
Pasar Juadah, Yang Hadir Setahun Sekali
Sebetulnya, kegiatan masyarakat semacam ini, di saat-saat kampanye calon legislatif saat ini cukup berpeluang untuk mengenalkan diri bagi masyarakat. Misalnya, saja ada caleg yang memberanikan diri membuka sebuah kios penyedia juadah dengan label pribadinya. Misalnya saja Kios Juadah "Detdhie" atau "Zefry", apalagi menjual kue-kue yang harganya---bisa saja---lebih murah dari harga biasanya dengan jenis kue yang sama. Lebih menarik lagi apabila kios tersebut memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi penataan, cara pemasaran, maupun dari jenis penganannya sendiri, serta penamaan kuenya. Misalnya, "Martabak mini Caleg", atau "Risoles Legislatif", "Jorong-jorong DPRD", dan sebagainya.
Sayang Sekali, tak ada calon legislatif alias caleg yang tak memanfaatkan ini sebagai promosi diri atau dalam bahasa kerennya, "tebar pesona". Atau, mungkin malu juga, masa' caleg berjualan juadah. Takutnya ada yang nyeletuk, "cari modal buat nyaleg 'kali.....". He-he-he.
Jum'atan di Mesjid Pejuang

September 03, 2008
Ngopi,Selepas Taraweh

AKHIRNYA Ramadhan pun tiba. Datang, disambut dengan segenap sukacitanya oleh hampir seluruh umat muslim di Indonesia, tak ketinggalan di Kota Pontianak. Apapun alasannya, dan darimanapun sudut pandang suka citanya. Dari sudut pandang anak-anak, inilah waktunya menagih janji para orang tua pada hari terakhir bulan Syawal tahun yang lewat. Janji bahwa Syawal mendatang akan disiapkan empat stel pakaian---baju, celana, plus dalaman---baru lengkap dengan ikat pinggang dan sepatu yang anyar juga. Bagi para remaja, terutama yang ramadhan lalu urung mendapatkan gebetan, artinya selain kewajiban taraweh dan shalat shubuh di mesjid, ada 'tekad lama' dengan strategi baru untuk mendapat gebetan. Dan, tak boleh meleset lagi, agar tidak jomblo waktu Hari Raya Idul Fitri. Bagi para ibu, inilah saatnya mulai mempersiapkan pendemonstrasian kue dengan resep paling baru, mencoba baju muslimah mode uptodate, serta mulai membayang-bayangkan bagaimana rumah kediaman dihiasi dengan model gordijn teranyar dengan warna-warna kinclong yang menawan. Bagaimana dengan bapak-bapaknya?
PARA BAPAK yang selama ini senantiasa menghiasi waktunya---paling tidak---sekali dalam sehari merasakan nikmatnya kopi dan familiarnya suasana di kedai-kedai kopi, tentunya masih dapat melakukan kegiatan tersebut. Selepas taraweh, kedai-kedai kopi di sepanjang jalan kawasan perdangangan terpadat di kota Pontianak senantiasa 'membujuk rayu' para bapak dengan aroma kopi Pontianak-nya yang khas. Yang perlu diingat, jangan sekali-kali bermain api dengan mencoba terbujuk dengan 'rayuan gombal' setan kopi di siang hari, sehingga mengorban harkat dan martabatnya untuk melepaskan 'syahwat ngopi' walaupun mesti menampakkan kaki-kaki bersepatu di balik tirai. Ingat, kalau dirazia, maka sampai ramadhan tahun depanpun kawan-kawan tetap ingat siapa yang pernah ketangkap basah ngopi di bulan puasa. WASPADALAH!
September 02, 2008
Didukung Keluarga Meraih Yang Terbaik

Perjuangan memang tiada henti. Bagi seorang manusia melakukan perjuangan bahkan dari sejak berbentuk nutfah---berjuang untuk mengalahkan sel-sel lainnya untuk menjadi yang ditakdirkan lahir---kemudian berjuang sebagai bayi mungil agar mampu menyesuaikan dengan segala kerentanan, menuju ke arah manusia dewasa. Dalam proses pendewasaan, kembali berjuang dalam masa tingkat demi tingkatan pendidikan agar mampu berada di jenjang purna yaitu strata kesarjanaan. Perjuangan tidak berhenti sampai di situ. Hakekat manusia dewasa yang dititahkan oleh Allah agar menerima amanah memelihara seorang manusia dalam sebuah lingkup yang bernama "keluarga", dan Allah menitipkan kepada keluarga itu manusia-manusia baru. Lalu sebuah perjuangan baru harus dilakukan, yaitu membawa anak-anak yang dilahirkan dari rahim sang istri untuk dapat berdiri tegak sebagai pejuang-pejuang baru pula. Demikian seterusnya, siklus ini terus berjalan tanpa henti. Karenanya, PERJUANGAN MEMANG TIADA HENTI.
Bersama dukungan keluarga yang kuat, maka Insya Allah semua proses yang dilalui dalam berjuang akan menampakkan hasil yang lebih maksimal. Keikhlasan keluarga dalam 'melepas' kita melakukan upaya-upaya perjuangan seperti sebuah green-card dalam melanjutkan sebuah permainan. Sebuah ketidak-ikhlasan akan berwujud seperti sempritan wasit, pemberian kartu-kuning ( bahkan, kartu merah ) membuat permainan ini tidak lagi indah. Malahan, terkesan merusak permainan yang telah direncanakan dan dirancang oleh seorang pelatih untuk tercapai sebuah kemenangan. Keluarga yang mendorong, ibaratkan sekumpulan supporter yang siap menabuhkan genderang, meneriakkan sorak-sorai dukungan, bahkan juga rela berpanas-berhujan demi menggapai sebuah kemenangan.
Terima kasih kepada istriku tercinta Nunung Zulfiana, beserta anak-anakku tersayang Fikri Mohammad Aufa, Fariza Nur Shabrina, dan Hatfan Mohammad Auzan, yang telah mengikhlaskan suami dan abah untuk terus melakukan perjuangan di dalam hidup ini, agar hidup ini menjadi lebih berarti buat diri sendiri, buat keluarga, terutama sekali berarti buat orang lain yang memerlukan. "Dukungan kalian akan menjadi penyulut semangat bagi keinginan dan harapanku........."
Langganan:
Postingan (Atom)